Monday, December 31, 2012

Did you know the meaning of..


picture ilustration: InternetWhat you celebrating?
Did you know what the meaning?
Have you think?
Have you analize?
Have you know the purpose?
No you have not?

picture ilustration: Internet
stupid-peopleAll of You just creature without inteligence
Take what they give
Do what they asking you
Said what they want
Buy what they sold

picture ilustration: Internet

Apa itu tahun baru

Ilustrasi Gambar: Internet
Gajah di pelupuk mata tak kelihatan
Semut di seberang lautan kelihatan
(Pepatah/ Kearifan Lama orang Timur)


Pepatah perihal gajah tersebut di atas maknanya ialah kesalahan dan kehilafan orang yang tak seberapa terlihat oleh kita. Dicaci, dimaki, dihujat, dipersalahkan, dan lain sebagainya. Sedangkan kesalahan yang kita perbuat dan lebih besar dari kesalahan orang lain tak terlihat oleh kita. Atau lebih tepatnya "tak kita sadari". Memang begitulah fitrah manusia.

Dengan mudah tuduhan taklid, fanatik, radikal, fundamentalis, dan lain sebagainya di lontarkan kepada orang-orang yang berkeinginan untuk hidup dengan Syari'ah.

Dikatakan bahwa orang-orang serupa itu merupakan jenis orang yang suka mengikut-ngikut saja. Menerima begitu saja warisan pemahaman dari orang-orang zaman purba, padahal hidup telah berubah, zaman telah berganti, aturan lama tak lagi sesuai dengan kehidupan masa kini.

Sunday, December 30, 2012

Perayaan Pergantian Tahun (Matahari) Baru



Sudah menjadi kebiasaan yang lazim di negara ini bahwa setiap pergantian tahun merupakan momen yang selalu dinanti. Begadang hingga tengah malam menjadi saksi bergantinnya tahun. Beragam bentuk atau ritual yang dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru. Mulai dari pesta, apakah itu pesta kecil yang dihadiri keluarga, kenalan, serta handai-taulan. Sampai ke pesta-pesta besar di pub, diskotek, klub malam, kafe, hotel, gedung pertemuan, pusat perbelanjaan, ataupun di stasiun-stasiun TV yang menayangkan secara langsung momen pergantian tahun. Adapula yang memilih untuk pergi mendaki ke puncak gunung. Ritual yang satu ini boleh dikatakan hampir merata di seluruh pelosok Indonesia. Di setiap puncak-puncak gunung yang ada di Indonesia dikibarkan bendera merah putih. Inilah wujud dari rasa nasionalis yang ditunjukkan oleh beberapa orang generasi muda Indonesia.


Sumber Foto: Internet 


Namun ada juga yang melakukan hal lain, seperti selain mengadakan atau mengikuti pesta mereka akan menghabiskan malam dengan kekasih mereka. Tak jarang hubungan semacam ini akan berakhir dengan kelakuan terlarang (yang merupakan bentuk lain dari hubungan di atas ranjang, dapat juga beralas koran, atau tanah di lapangan terbuka. Dapat bermacam-macam alas yang dipakai, atau bahkan tidak beralas). Tentunya minuman alkohol sudah menjadi kebutuhan primer di moment penting semacam ini. Bahkan ada yang ditemani dengan obat-obatan terlarang. Ada pula yang mengunjungi tempat-tempat wisata semacam tepi pantai yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk menghabiskan malam tahun baru. Apalagi jika didampingi oleh sang kekasih.

Hampir setiap tahun orang-orang saling bertanya “Kemana tahun baru kemarin?” atau “Menghabiskan malam tahun baru dimana?”. Suatu pertanyaan yang menunjukkan perhatian dan kepedulian. Namun sesungguhnya merupakan wujud dari ketidak-tahuan dari hakekat tahun baru itu sendiri. 

Pernahkah kita bertanya kenapa tahun baru dirayakan? Kenapa  satu Januari yang dijadikan awal mula tahun? Kenapa begini dan kenapa begitu?

Tidak..! Sebagian besar dari kita menerima begitu saja. Menerima tanpa mempertanyakan, begitulah generasi sekarang. Bukan..bukan menerima, melainkan meniru, mencontoh, atau latah kata orang Jakarta. Tidak ada proses berfikir dalam hal ini, yang ada ialah perasaan keren dan up to date jika kita ikut merayakan, merayakan perayaan yang dirayakan oleh kelompok sosial tertentu, komunitas tertentu, atau penganutkeyakinan dan kebudayaan tertentu. Hal ini terjadi karena kita kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, atau minder kata anak-anak gaul Jakarta. Kita selalu menganggap kecil diri sendiri, sehingga sering merasa malu dengan kebudayaan kita, yang merupakan identitas kita sebagai sebuah bangsa.

Sekarang, marilah kita menengok kembali sejarah penetapan tahun baru masehi. Sebenarnya tidak tepat juga jika kita sebut sebagai tahun Masehi. Karena tahun Masehi merujuk kepada kelahiran Yesus. Sedangkan dikalangan sejarawan masih muncul keraguan apakah benar Yesus lahir pada  bulan dan tahun yang diyakini tersebut.

Lagipula umat Nasrani meyakini tanggal 25 Desember yang diperingati sebagai Hari Raya Natallah tanggal kelahiran Yesus. Lalu tanggal 1 Januari dalam keyakinan agama Nasrani diperingati sebagai apa? Kenapa tanggal 1 Januari yang dijadikan patokan bermulanya tahun baru?

Kritis Terhadap Media




Fikiran merupakan unsur yang paling dominan dalam diri
seseorang. Jika fikirannya telah dikuasai, maka seluruh
kehidupannya telah dihambakannya kepada yang menguasai.
Ilustrasi Gambar: Internet
Dewasa ini “orang-orang hebat” di Jakarta sering menyebut-nyebut perihal pluralisme dan multikulturalisme. Semua ini biasanya berujung pada kebebasan beragama. Isu ini muncul melihat gejolak ketidak nyamanan di kalangan anak bangsa yang cenderung/mudah terjerumus pada konflik yang berlatar belakang ras ataupun agama. Kita sendiri tidak pernah tahu bagaimana persisnya konflik seperti ini bermula di masa moderen ini, hanya saja kita sudah mendengar kabarnya dari media. Sungguh aneh dan menyedihkan karena seiring dengan munculnya konflik antar agama, maka muncul pula isu pluralisme, liberalisme, sekularisme, dan multikulturalisme. Mungkin ada yang beranggapan bahwa munculnya ide-ide ini karena dilatari oleh budaya konflik yang ada di Indonesia saat ini.

Salah seorang aktivis Kontras ketika dimintai pendapatnya oleh media menyikapi kasus pengusiran jemaat gereja di Bogor bulan yang lalu, mengungkapkan bahwa ada kepentingan politik yang terlibat di dalam konflik ini. Hal inilah rupanya selama ini terasa namun begitu sukar untuk diungkapkan. Ya.. kepentingan politik, karena seperti yang kita ketahui, gerakan politik di Indonesia saat ini mengarah pada satu titik, yakni berusaha merubah ideologi negara ini yang semula  berazazkan agama (Sila Pertama) menjadi berazas pada sekularisme. Dengan menjadikan Islam sebagai sasaran tembak. Namun mereka selalu berusaha menutupi gerak-gerik mereka dengan mengemukakan alasan gombal yakni “Pancasila” yang selama ini menjadi dasar negara. Lupa mereka tampaknya pada sila pertama.

Ingat filem Inception yang dibintangi oleh Leonardo Dicaprio?
Sungguh filem ini mengungkapkan segalanya.
Gambar Ilustrasi: Internet
Namun karena kecerdikan mereka, keluasan jaringan mereka, maka ideologi ini secara perlahan-lahan namun pasti, telah lama dipropagandakan. Tanpa ada yang berdaya untuk melawan, menghadang, atau melarang. Karena mereka bermain sangat halus sekali, senjata utama mereka ialah kebebasan. Kebebasan yang pada saat sekarang ini sudah terlalu bebas tak terkendali.

Saturday, December 29, 2012

Hidup Menenggang Rasa



Adalah suatu kelaziman yang kita dapati pada kehidupan orang pada masa sekarang. Rasa malu dan tenggang manenggang sudah tak ada. Kebanyakan orang sekarang lebih suka memikirkan diri mereka sendiri, tak pernah memperdulikan perasaan orang lain. Tidak di sini di tempat penulis mencari hidup, tidak juga di kampung asal kami, sama saja keadaannya. Sering terucap dilisan orang-orang: awak se nan manenggang urang, urang lain ndak ado nan manenggang awak do.*


Begitulah keadaan sebenarnya, memanglah masih terdapat beberapa orang Minang yang berjalan dikearifan orang tua dahulu,  hidup layaknya orang Minangkabau Lama, berusaha mementingkan raso jo pareso. Jika terdapat orang yang demikian maka mereka akan dicemooh. Orang-orang yang mencemooh tersebut beralasan selama apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan agama tak ada perlunya kita takut. Benarkah tidak ada pertentangan dengan nilai agama kita? Agama Islam?

Sesungguhnya hal tersebut hanya keluar dari mulut orang-orang yang rendah pengetahuan agamanya, dangkal pemahamannya terhadap adat, dan kehidupan ini. benarkah agama kita sama sekali tidak mementingkan nilai-nilai semacam itu? nilai raso jo pareso?

Sejauh pengetahuan penulis, Islam sangat menjunjung tinggi sikap saling menghargai dan menghormati orang lain. Ajaran agama Islam sesungguhnya ajaran yang lebut dan perasa, hanya orang-orang yang berfikir sajalah yang dapat memahami hal tersebut.

Sebagai contoh ialah, Islam mengajarkan umatnya untuk berzakat, kenapa? karena dengan berzakat kita dapat mengurangi beban orang lain, membantu mereka dalam mencukupi kebutuhan hidup yang terkadang kurang untuk diri dan keluarga mereka. Makna terselubunng dari perintah zakat itu ialah dengan memberi akan dapat melunakkahn hati dan melembutkan jiwa kita.

Cinta atau Nafsu




Saat kecil ku pernah bertanya
Bahwa arti cinta pada bunda
Bunda pun menjawab
Cinta adalah kasih sayang ibu dan anaknya

Saat ku mulai branjak dewasa
Pada sahabat kupun bertanya
Diapun menjawab cinta adalah
Kasih sayang dua insan manusia

 Ref:
Dan kau yang mampu menjawab
Makna cinta yang slalu ku tanyakan
 Dan kau yang terjerat rasa cinta
Hanya pendamkan cahya suka dan duka
 Ku trus mencoba tuk bertanya
Walau kini ku terjerat cinta
Bundapun menjawab dan berkata
Mungkin cinta hanya tuk dirasa

 Ref:
Suka duka akan mewarnai cintai
Yang menyatukan dua insan berbeda
Mungkin tak kan ku temukan makna cinta
Sebelum ku menjalaninya...
Bram
Ilustrasi Gambar: Internet

Judul lagu tersebut ialah “Makna Cinta” yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi yang bernama Bram. Bukan Bram vocalis grupband Samson, kemunculannya lebih awal dari kemunculan grupband Samson. Namun sayangnya popularitasnya tidak begitu terdengar, bahkan lagunyapun jarang terdengar diputar di televisi ataupun radio. Lagu ini ku dengar sekitar tahun 2005, ketika itu aku masih kuliah di Unand. Beberapa kali vidio klipnya diputar di salah satu tv swasta daerah di Bukittinggi, dan hanya sekali ku dengar diperdendangkan oleh stasiun radio di kota tersebut.

Mulanya, seperti para pendengar lagu kebanyakan. aku hanya sekedar mendengarkannya saja. Sebab irama dan suara sang penyanyi begitu menggugah. Namun lama kelamaan, telingaku yang mada ini mulai dapat menangkap beberapa lirik yang dinyanyikan oleh sang penyanyi.

Cinta, memang suatu perkara yang tak ada habisnya jikalau dikaji. Karena setiap makhluk hidup merasakan yang dinamakan “cinta”. Awalnya ku kira hanya manusia, namun setelah ku amat-amati rupanya binatang memiliki rasa cinta. Walaupun rasa cinta yang muncul pada binatang dapat kita perdebatkan lebih dalam. Mungkin disini kita dapat membedakan antara “cinta” dan “nafsu”. Apakah kedua perkara itu sama?

Bunda
Ilustrasi gambar: Internet
Saat kecilku pernah bertanya, bahwa arti cinta pada bunda, bundapun menjawab, cinta adalah kasih sayang ibu dan anaknya. Katakan pada ku tuan, apa gerangan pendapat tuan mengenai lirik lagu ini. Tahap awal dari kehidupan kita, kita belum dapat sepenuhnya menafsirkan apa itu arti cinta. Cinta kepada ibu, ayah, saudara, dan cinta kepada orang-orang disekitar kita. Apakah sama?


Kita hanya mengenal orang-orang terdekat kita, ibu, ayah, kakek, nenek, adik, kakak, nenek, kakek, pakcik, dan lain sebagainya. Kita belum dapat membedakan rasa cinta yang kita rasakan tersebut. Namun sesungguhnya hati kita yang masih bersih tersebut dapat merasakan bahwa apa yang kita rasakan kepada kedua orang tua kita, kepada kaka atau adik, serta kepada kakek dan nenek, tidaklah sama. Bagaimana cara membedakannya?