Saturday, December 14, 2013

Pemurtadan di Minangkabau (Bag.3)

Sumber Gambar: http://hujananjingkucing.blogspot.com/2012/11/akhir-dari-akhir-sejarah-sebuah-review.htmlSumber Gambar:http://hujananjingkucing.blogspot.com/2012/11/akhir-dari-akhir-sejarah-sebuah-review.html
Pada malapetaka yang menimpa Wawah tahun 1999 yang silam, mencuatkan dua nama yakni Pendeta Yanwardi Koto dan Pendeta Willy Amrull. Keduanya secara keturunan ialah Minangkabau namun mereka telah murtad menjadi seorang Kristen. Yanwardi berasal dari Lubuak Basuang Kabupaten Agam sedang Willy berasal dari Maninjau di Kabupaten Agam. Menarik mengenai Pendeta Willy[1] ini, dia merupakan adik satu ayah dari Buya HAMKA.

Menurut beberapa sumber, telah lebih 30 orang pendeta Kristen berasal dari Bekas Minangakabu,[2] telah pula banyak orang Minangkabau yang keluar dari Islam.[3] Dalam melancarkan misi mereka semakin berani, seperti terang-terangan mendatangi seorang Minangkabau dengan maksud mengajaknya untuk pindah agama.

Namun yang paling berbahaya ialah mereka sengaja memakai simbol-simbol Minangkabau dalam melancarkan aksi mereka. Seperti arsitektur rumah bagonjong, marawa, pakaian adat minang (laki-laki mapun perempuan), bahasa, dan lain sebagainya. Kemudian langkah mereka ini didukung dan dilindungi oleh kaum LIBERAL Minangkabau. Kaum Liberal melindungi mereka dengan menyerang Logika berfikir kita "Apakah antara adat & islam itu sama? Apakah bahasa Minang itu ialah bahasa yang boleh dipakai oleh orang Minang Islam saja? Cina di Pondok banyak bahkan lebih fasih berbahasa Minang dibanding kan orang Minang sekarang?

Ada Juga SEPILIS yang memakai "Lagu Lama", mengangkat isu Mayoritas VS Minoritas. begini katanya " Yg sekian persen (saketek non-islam) ketika kini mereka menyatakan dirinya non-islam, lalu kok mayoritas mengeluarkan dia dari Minang? bukankah ini bantuk 'man den' dari urang Minang, mantang2 inyo mayoritas??" Islam mengajarkan manjago kerukunan, bukan kekacauan apolai dalam bantuak man den tahado urang lemah..."

Hm.. tertawa terpingkal-pingkal kami mendengarnya. Tahulah kami kalau SEPILIS yang satu ini sangatlah radikal. Mengatakan orang berjanggut saja yang Fanatik dan Radikal.

Engku dan encik sekalian, banyak orang sekarang yang kurang ajar tak baraso. Ketika datang ke kampung orang "ka gadang-gadangan".  Adat-resam dalam kampung tersebut tak hendak mereka hormati dan hargai. Mereka kata kalau orang kampung tersebut terlalu kolot, sekarang zaman kemajuan, segala adat-resam yang berlaku dalam masyarakat mereka itu menghambat kemajuan karena tidak efektif dan efisien. Sebab banyak membuang waktu, zaman sekarang orang sangatlah sibuk. Payah mencari waktu luang pada masa sekarang, jadi segala adat-resam tersebut mesti di tukar.
http://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/69950/ranah-minang-ditengah-cengkeraman-kristenisasi.htmlhttp://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/69950/ranah-minang-ditengah-cengkeraman-kristenisasi.html
Lalu orang kampung marah, mengusir Sumando Kacang Miang tersebut dari kampung mereka. Kamanakan merekapun dituntut untuk menceraikan suaminya atau pergi menghilang dari kampung. Tak boleh balik lagi ke kampung, sebab hati orang sekampung sangatlah tersinggung dengan perkataan dan sikap Congkak-Sombong dari Sumando yang katanya INtTELEK tersebut. Kata orang "Tamatan Universitas Negeri Ternama di Pulau Jawa.."

Lalu kemudian si Sumando marah dan menuntut orang kampung karena telah melanggar hak-haknya sebagai warga negara. Sebagai warga negara dia berhak berada dimana saja di wilayah hukum NKRI ini. Ini ialah hak dan kebebasan ia sebagai warga negara. Dia juga menggunakan dalil-dalil agama "Inikan bumi Allah, sebagai seorang muslim saya berhak berada dimana saja di bumi Allah ini..!!"

Karena orang kampung ini lemah, tak kenal dengan pejabat dan "urang bagak" maka terpaksa dibiarkan saja Sumando Kacang Miang ini Marajolelo di dalam kampung. Coba katakan kepada kami duhai engku dan encik sekalian, beginikah yang engku dan encik kehendaki nantinya menimpa Alam Minangkabau ini.

Kita mesti hormat dan toleran kepada orang lain, namun orang lain tak mesti hormat dan toleran kepada kita. Maju Kena-Mundur Kena. Bercakap salah-diampun salah. Dipukul salah-balik memukulpun salah. Kita bercakap tak didengarkan-orang bercakap kita mesti dengar.

Katakan engku dan encik sekalian, hukum siapakah itu? Hukum darimanakah itu? Pantaskah orang yang menganut pendirian serupa ini kita sambut sebagai dunsanak, dihargai sebagai kawan, atau dimuliakan sebagai tamu. Intelektual atau BINGAkah Urang Awak itu namanya.

Metode lain yang mereka gunakan ialah melalui jalan perkawinan dan pacaran. Metode ini hampir merata dipakai oleh para Kristen Radikal ini. berpura-pura masuk Islam, kemudian selepas punya anak kembali ke Kristen. Kalau pasangan tak hendak maka anak-anak akan diambil. Atau menghamili perempuan Minang, kalau hendak dipertanggung-jawabkan maka harus mengikuti agama Lelaki jahanam itu.

Kemudian ada pula dengan cara meracuni fikiran orang Minangkabau dengan Mazhab SEPILIS[4]. Dimana kebebasan individu dijunjung tinggi, agama ialah urusan pribadi dan tak boleh dicampuri oleh orang lain. Agama juga tak boleh dicampur-baurkan dengan urusan duniawi seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Harus saling menghargai perbedaan, apapun pilihan yang diambil seseorang ialah hak asali yang ada padanya. Dan terakhir, perubahan ialah sesuatu yang pasti untuk mencapai kemajuan. Barang siapa yang tak hendak menerima perubahan maka ia akan tersuruk dalam ke bodohan.

Pemurtadan di Minangkabau (Bag.2)

Sumber Gambar: http://unehunikdananeh.wordpress.com/2010/07/06/mencermati-kelicikan-penginjil-kristen/Sumber Gambar: http://unehunikdananeh.wordpress.com/2010/07/06/mencermati-kelicikan-penginjil-kristen/
Pada tulisan kami yang telah lalu kami bahas secara garis besar perihal pemurtadan (kristenisasi) yang telah lama berlaku di Minangkabau. Sekarang, marilah kita beranjak kepada pembahasan mengenai pemurtadan yang terjadi di Minangkabau ini. berbagai kasus yang terjadi banyak mengemuka di Kota Padang, Pasaman, Payakumbuh dan Lima Puluh Kota. Bagaimana dengan kawasan lainnya di Minangkabau ini? adakah hal yang sama juga berlaku?

Mudah-mudahan saja tidak, sebab cemas kami dikarenakan tidak terdengar kabar menyebabkan kita menjadi lalai mengenai masalah ini. Sebab  Si Penyampai Kabar pada masa sekarang telah banyak dikuasai oleh orang-orang yang mengaku menganut faham “Kebebasan”. Dimana orang bertukar agama bukanlah masalah bagi mereka karena itu merupakan bagian dari HAM. Dan lagi pula menurut pendapat mereka “Agama itu ialah Hak individu, tidak boleh dicampur-baurkan dengan kehidupan bernegara, politik, ekonomi, budaya, sosial, dan kehidupan umum lainnya..” Suatu pendapat yang didasarkan atas Ideologi Liberalisme.

Patut menjadi renungan bagi kita ialah pada masa dahulu – yakni  ketika Gerakan Kaum Muda VS Kaum Tua sedang keras-kerasnya – sekitar tahun 1930-an isu Kristenisasi merebak di Minangkabu. Hal ini rupanya mendatangkan berkah tersendiri dimana kedua golongan yang bertentangan ini. Dimana akhirnya kedua golongan yang semula bertentangan menjadi bersatu-padu dalam menentang usaha pengkafiran ini. Sungguh sangat berlainan keadannya dengan masa sekarang dimana banyak orang Minangakabau yang “mengaku” dan “merasa” terdidik bersikap pongah, congkak, dan angkuh dengan sikap mereka yang merendahkah saudara-saudara mereka yang menentang “Kristenisasi” ini. Karena menganggap kabar tersebut merupakan kabar “dusta”.

Misi Kristen pertama yang berlaku di Sumatera Barat pada masa Penjajahan Belanda, hanya kepada sesama warga Eropa, Nias, Ambon, Batak, Menado, dan Jawa. Ada juga yang mengincar orang-orang Minangkabau yakni orang Minangkabau keturunan (genelogis) yakni beribu Minangkabau sedangkan berayahkan Eropa atau Cina. Biasanya perempuan-perempuan ini merupakan gundik bagi laki-laki kafir tersebut. Namun pada permulaan abad ke-20 misi-misi Kristen mulai dengan serius mengincar orang-orang Cina dan Nias.

Muslihat (modus operandi) yang dijalankan ialah dengan mendekati keluarga-keluarga mereka kemudian membujuk supaya anak-anak mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh misi. Muslihat lainnya ialah dengan cara memberikan bantuan berupa pelayanan sosial, perawatan anak-anak, dan orang tua terlantar.

Yang paling mengejutkan ialah antara tahun 1937 hingga kekalahan Jepang, beberapa orang Minangkabau telah berhasil di babtis dan aktif dalam beberapa kegiatan gereja. Namun pada perang kemerdekaan, para murtadin ini kembali menjadi muslim.

Titik paling mengejutkan terjadi semenjak tahun 1950 dimana sekelompok pemuda Minangkabau yang telah murtad dan menganut ajaran Kristen di Singapura mengunjungi Padang dan berhasil menarik beberapa orang pemuda Minangkabau untuk ikut murtad mengikuti jejak mereka. Kristenisasi pada sekitar tahun ini semakin gencar dengan diadakannya program transmigrasi oleh Pemerintah Pusat.

Selain itu kasus Kristenisasi yang berlangsung kebanyakan memiliki pola yang sama yakni selain dari memberikan bantuan pendidikan, sosial, dan kesehatan juga yang paling mengena ialah melalui lembaga perkawinan. Dengan berpura-pura memeluk Islam, seorang Kristen kemudian mengkonvert pasangannya untuk murtad. Kasus ini lebih banyak dialami oleh kaum perempuan.[1]

Pada tahun 1982 Minangkabau dihebohkan dengan organisasi yang menamakan dirinya dengan “Persekuatuan Kristen Sumatera Barat” (PKSB) dan “Persekutuan Kristen Minangkabau”. Organisasi ini menggunakan rumah gadang sebagai lambangnya. Semenjak tahun 1980-an ini Misi Kristen meraih banyak prestasi seperti berhasil mengkafirkan beberapa orang penghulu di Minangkabau. Tidak hanya itu, INJIL Berbahasa Minangpun mulai dirilis serta berbagai gereja dengan bentuk rumah biasa mulai banyak didirikan di Sumatera Barat.

Pemurtadan di Minangkabau

 Bagian.1
Sumber Gambar: http://musyafucino.wordpress.com/tag/kristenisasi/Sumber Gambar: http://musyafucino.wordpress.com/tag/kristenisasi/
Kabar perihal pemurtadan (Kristenisasi) yang berlaku di Minangkabau sesungguhnya telah lama terdengar. Namun kebanyakan orang Minangkabau menganggapnya sebagai angin lalu saja, tak hendak memberi perhatian. Kami tak hendak mencemooh orang-orang yang melalaikan kabar ini namun kami mencoba untuk memahami berbagai keadaan orang-orang zaman sekarang. Ada yang terlalu berat beban hidupnya, sehingga untuk memikirkan nasib diri dan keluarga saja sudah tak tanggung susahnya apatah ini memikirkan nasib orang se Alam Minangkabau ini.

Ada pula yang terlalu sibuk dengan terlena dengan pekerjaan atau urusan pribadi sehingga terlupakan akan bahaya sedang menuju ke hadapan Minangkabau. Atau mungkin ada yang telah pasrah saja karena melihat keadaan peri kehidupan orang Minangkabau masa sekarang yang semakin jauh dari agama dan adat. Menegur kamanakan di rumah saja sudah tak bisa apatah ini orang se Alam Minangkabau.

Namun yang terparah ialah orang-orang yang telah jauh dari tuntunan agama dan adat. Merasa diri paling pandai dari sekalian orang Minangkabau ini sehingga cenderung merendahkan saudara sebangsanya. Berfahamkan kebebasan (liberal), tak hendak memikirkan orang banyak “fikirkan saja diri sendiri, untuk apa engku memikirkan orang lain..!!” kata mereka.

Orang-orang serupa ini tak hendak menghiraukan orang lain “Selama orang lain mengerjakan perkara-perkara yang tidak merugikan saya maka tak ada perlunya saya mencampurinya..!!” jawab mereka.

“Agama itu urusan pribadi, tak usah dicampur adukkan dengan ekonomi, politik, pemerintahan, dan kehidupan umum lainnya. Agama itu antara saya dengan Tuhan, engkau tak perlu turut campur perkara saya beragama..!!” kata mereka lagi.

Na’uzubillah..

Semenjak usaha investasi yang hendak dilakukan oleh LIPPO Grup dengan Siloamnya menyeruak di Propinsi Sumatera Barat maka dengan segera mengemuka kembali kabar pemurtadan atau pengkafiran ini kepermukaan. Namun yang membuat kami tak habis fikir ialah rupanya banyak jua orang-orang yang mengaku Minangkabau mendukung kedatangan LIPPO Grup dengan Siloamnya di Kota Padang.

Mereka ialah orang-orang yang menganggap rendah, picik, dan fanatik para penentang Siloam. Bagi mereka, mereka ialah golongan yang tercerahkan[1] . Telah moderen dan luas pergaulan hidupnya, telah lebih maju dan tercerahkan pola fikir mereka. Namun benarkah demikian?

Itu semua masih dapat diperdebatkan duhai engku dan encik sekalian. Sebab konsep mengenai kemajuan itu sendiri mereka tak faham. Hanya membeo tatkala guru[2] mereka bercakap kemajuan dan mereka terima begitu saja karena sangat kagumnya dengan pendirian dan pemikiran sang guru. Bukankah orang yang demikian itulah yang fanatik duhai engku dan encik sekalian?

Sekarang marilah kita kembali ke kabar Kristenisasi, kita ajukan pertanyaan pokok “Benarkah ada Kristenisasi di Sumatera Barat?”

Jawabnya ialah “Ada..”

Kemudian ditanya lagi “Mana buktinya..!?”

Orang yang mengajukan pertanyaan serupa ini biasanya telah habis akalnya serta telah naik darahnya (emosi). Akan kami coba menerangkan kepada engku dan encik sekalian.

Kasus pertama yang berhasil kami ketahui ialah perihal Adik dari Haji Agus Salim yang bernama Abdoel Chalid Salim yang mulanya Islam kemudian menjadi Komunis dan akhirnya menjadi Penginjil. Dia berganti nama menjadi Ignatius Franciscus Michael Salim(sering disingkat: I.F.M. Salim).[3]

http://suara01.wordpress.com/2011/10/25/anak-sd-dimurtadkan-dengan-modus-mobil-pintar/http://suara01.wordpress.com/2011/10/25/anak-sd-dimurtadkan-dengan-modus-mobil-pintar/
Mungkin engku dan encik akan mencemooh kami “Itu bukan Kristenisasi namanya, bukankah murtadin yang satu ini memeluk Kristen tatkala melarikan diri di Eropa!?”

Memang benar demikian engku dan encik sekalian. Namun setidaknya inilah pembuka jalan, pada masa sekarang mungkin belum basirobok (bersua) benang merahnya oleh kita. Sekarang marilah kita lanjut pada yang kedua yakni seorang yang bernama Abdul Wadud Karim Amrullah (AWKA), seorang Minangkabau yang menjadi pendeta di Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII) di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dia merupakan adik seayah dari Buya Hamka, engku dan encik tentunya terkejut mendengar hal ini.
Orang ini juga dikenal dengan nama Pendeta Willy Amrul dan terlibat dengan kasus Wawah pada tahun 2001 yang lalu. Kalau dilihat dari kisah hidupnya tampaknya ia berusaha menutup-nutupi penyebab murtadnya dari Islam. Sekali lagi metode pernikahan, isteri, dan anak sangat mematikan sekali jika digunakan untuk mengkafirkan seorang muslim. Kepada engku dan encik sekalian berhati-hatilah memilih pasangan, jangan karena mereka mau bertukar agama hanya untuk menikah dengan kita lalu kita langsung menyambutnya. Siapa tahu itu hanyalah tipuan licik mereka.[4]

Kemudian kasus Wawah yang sangat menyedihkan dimana siswi salah satu MAN di Kota Padang ini diculik, diperkosa, dan dibabtis oleh sekelompok penginjil di Kota Padang. Kami harap engku dan encik jangan pernah melupakan kasus ini karena kasus inilah yang menghantarkan kita kepada Yanwardi Koto nantinya.

“Hah.. Cuma segitukah bualan engkau di blog ini..!” cemooh engku kepada kami.

Thursday, December 12, 2013

Fitnahan terhadap Jihad

Sumber Gambar: http://ahyanarif.com/2013/01/13/bahaya-ghibah-dan-fitnah//membongkar-penipuan-bioenergicenter-isinya-fitnahSumber Gambar:http://ahyanarif.com/2013/01/13/bahaya-ghibah-dan-fitnah//membongkar-penipuan-bioenergicenter-isinya-fitnah
Hampir setiap masa dalam bilangan tahun umat Islam selalu terjadi fitnahan terhadap diri umat Islam itu sendiri. Tidak hanya umat Islam yang difitnah bahkan nabi dan agama Islam itu sendiri difitnah oleh orang-orang Munafiq dan Kafir.

“Muhammad itu tukang Sihir..!” fitnah mereka terhadap nabi kita tatkala beliau masih hidup.

Atau selepas kepergian nabi Muhammad dikatakan kalau nabi kita itu memiliki penyakit ayan. Sedangkan pada masa sekarang orang-orang kafir ini memfitnah nabi kita dengan fitnahan “Pedofilia” karena menikahi Siti Aisyah yang masih belia.

Sedangkan kepada agama kita, dikatakan bahwa agama kita merupakan agama sempalan dari agama Yahudi dan Nasrani. Hal ini mengingat karena terdapat beberapa kemiripan antara secuil ajaran Islam dengan ajaran pada kedua agama tersebut.

Yang paling celakanya umat Islampun mengamini dengan mengakui bahwa agama Yahudi, Nasrani, dan Islam merupakan agama monoteisme yang berasal dari satu nenek moyang yakni Ibrahim. Nabi Allah yang satu ini dijuluki oleh Bapak Monoteisme. Ibaratkan tiga bersaudara maka Yahudi si Sulung, Nasrani si Tengah, dan Islam si Bungsu.

Padahal telah disebutkan dalam Al Qur’an bahwa kedua agama tersebut telah diselewengkan oleh para pengikutnya. Arti kata ajaran agama yang mereka amalkan sekarang sudah tidak murni atau asli seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa.

Satu hal yang paling mendasar yang selama ini kita abaikan ialah Nabi Ibrahim bukanlah asal-muasal agama kita Islam melainkan langsung bersumber dari Allah. Allah menurunkan wahyu melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Tidakkah engku dan encik mengaji ke surau dahulunya..?

Bermental Budak

Gambar: Internet
Gambar: Internet
Bagaimana cara kita bekerja mempengaruhi kesadaran kita, dilain fihak kesadaran kita juga mempengaruhi cara kita bekerja. Kita dapat mengatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu hubungan interaktif antara tangan dan kesadaran. Jadi cara kita “berfikir” terkait erat dengan pekerjaan yang kita lakukan. (Pendapat Karl Marx dalam Jostein Gaarder. Dunia Sophie. Mizan. 2010, Bandung. Hal. 613).

Kutipan dari sebuah buku seri filsafat yang diterbitkan oleh Mizan di atas semakin menggukuhkan pendapat kami atas beberapa orang yang begitu membenci dan menghujat salah satu pendapat kami dalam blog ini. Ini bukan sekadar teori belaka melainkan dapat dibuktikan dalam dunia nyata. Bukti-bukti tersebut dapat kita saksikan kalau kita mau sedikit saja menggunakan akal dan perasaan kita. Sebab untuk melihat dan menangkap suatu fenomena sosial dimana hal tersebut merupakan gambaran (refleksi) dari watak dan tingkat intelektual dari manusia-manusia yang kita amati, memerlukan kehalusan budi dan ketajaman fikiran.

Kalau mengikut teori dari Marx maka kehidupan ini merupakan pertarungan antara dua kekuatan yakni: lemah (budak, orang miskin, pekerja, proletar, warga biasa, dsb) melawan kuat (pengusaha, orang kaya, pemimpin, bangsawan, penguasa, dsb). Dimana kepentingan perut atau uang atau modal atau kapital sangat berpengaruh dalam keduanya.

Begitulah cara orang Minangkabau pada masa sekarang (baik yang di rantau maupun yang menetap di Minangkabau) dalam menyikapi segala persoalan yang terjadi. Salah satunya ialah pertikaian (polemik) yang muncul seputar kedatangan salah seorang investor di propinsi ini.

Bagi para pekerja yang merasa bosan karena rendahnya pendapatan dan stagnannya kehidupan di propinsi ini (serta para pencari kerja yang putus asa karena tidak tersedianya lapangan kerja yang sesuai dengan spesifikasi pendidikan mereka) berpandangan bahwa kedatangan investor ini akan membawa angin baru (penyelamat kehidupan mereka). Perubahan yang seignifikan dalam kehidupan mereka seperti tersedianya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan, serta baiknya taraf hidup masyarakat. Pendapat demikian mengemuka karena mereka melandaskan pemikiran mereka pada sisi praktisnya saja, yakni sisi “materi” berupa kemajuan ekonomi.

Kemudian para pemilik modal (pengusaha lokal) ada yang pecah suara mereka, terdapat segolongan yang menerima dan segolongan lain yang menolak. Bagi yang menerima beranggapan hal ini baik bagi perkembangan ekonomi propinsi ini kedepannya. Setidaknya usaha mereka yang telah ada akan semakin berkembang seiring dengan kedatangan investor ini. Dimana meningkatnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya penghasilan (sebagian kecil) penduduk, serta naiknya taraf hidup (segolongan elit). Hal ini akan berdampak kepada usaha mereka yang bergerak di bidang lain, dimana mereka memanjakan pola hidup konsumtif segelintir orang berpunya di negeri ini.

Serta alasan lainnya ialah karena mereka tidak sanggup untuk bersaing atau merasa kalah atau dizhalimi oleh salah satu atau beberapa pengusaha lokal yang bermodal kuat dan memiliki jaringan luas. Dengan masuknya investor ini diharapkan dapat mengimbangi (kalau dapat mengalahkan) kekuatan dari pengusaha lokal yang semakin menjadi-jadi ini.

Sedangkan bagi yang menolak mereka beranggapan kedatangan investor ini akan merusak keseimbangan serta memberikan ancaman terhadap keberlangsungan mereka. Hal ini karena investor tersebut datang dengan modal yang jauh lebih besar, jaringan yang jauh lebih luas, serta kekuatan yang jauh melampaui mereka.

Bandar yang telah jatuh

Ilustrasi gambar: InternetIlustrasi gambar: Internet
Demo Akbar pada hari Kamis tanggal 24 Muharam 1435 H / 28 November 2013 rupanya memberikan dampak yang beragam. Umat Islam dari berbagai golongan, latar belakang, tempat asal serta tempat tinggal (domisili), berdatangan ke Padang. Tujuan mereka hanya satu yakni menolak kehadiran Pengusaha Nasrani yang juga seorang penginjil ini.

Kemungkinan sebagian dari mereka tidak mengetahui atau memahami dengan baik perihal akar permasalahan yang sedang diperselisihkan. Hanya sebagian yang tahu siapa itu JTR, apa itu Siloam, seperti apa Kristenisasi yang terjadi di Sumatera Barat dan Ranah Minang, apa keterkaitan antara JTR-Siloam-LIPPO Grup-Kristen Evangelis-Jaringan Bisnis para Taipan-Penguasaan Media, dan lain sebagainya.

Namun bukan berarti sebagian dari pengunjuk rasa ini hanya ikut-ikutan saja. Tidak engku dan encik sekalian. Mungkin engku dan encik yang berfaham SEPILIS berpandangan bahwa mereka adalah korban propaganda Kaum Fanatik. Sekarang kami coba bertanya “Siapakah selama ini yang menguasai media dan berusaha mengendalikan dan menyesatkan Opini Publik!?”

Nenek Mujahid Sumber: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/1435931483286686/?notif_t=group_comment_replyNenek Mujahid 
Sumber: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/1435931483286686/?notif_t=group_comment_reply
Terdapat getaran halus dalam hati setiap muslim yang akan bereaksi apabila mereka merasakan ancaman terhadap agama, adat, dan tanah leluhur mereka. Semangat jihad akan langsung berkobar, Si Lemah akan menjadi Kuat, Si Pandir akan menjadi Pandai, orang tua renta akan menjadi muda kembali. Seperti kisah yang dituturkan oleh salah seorang satgas demo. Dimana engku ini mengisahkan perihal seorang nenek-nenek yang datang dikawani cucu beliau untuk ikut serta berdemo. Walau sudah ditegah karena panitia khawatir dengan kesehatan serta keselamatan Sang Nenek, namun beliau bersikeras "Disisa umur nenek ini...inilah yang dapat nenek sedekahkan untuk agama kita..." ujar Sang Nenek..

Subhanallah..

Satu hal yang kami takutkan ialah tatkala kami menyadari bahwa kami benar akan beberapa perkiraan (prediksi) mengenai sesuatu hal. Sebut saja bahwa kami telah mengira mengenai sikap dan pandangan orang-orang pada suatu Bandar utama di Minangkabau. Ada beberapa perkiraan kami mengenai mereka ini:

Demo Kamis, 24 Muharam 1435

Gambar: Diambil dari kiriman beberapa orang kawan di Grup: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/Gambar: Diambil dari kiriman beberapa orang kawan di Grup: https://www.facebook.com/groups/ranahminang.tolak.pemurtadan/
Pagi hari ini di jalan tatkala kami hendak berangkat ke sawah, bersua kami dengan kawan senasib kami Si Engku Sutan Pamenan. Tampak bersemangat sekali dia pagi ini, embun pagi masih menyelimuti kampung kami. Kamipun menyapa dengan semangat pula“Assalamu’alaikum engku, sungguh berseri-seri sekali wajah engku pagi ini..”

Sutan Pamenan yang kami sapapun menjawab dengan riangnya “Ah, tak juga. Kami baru saja mendapat kabar dari kamanakan kami yang di Padang. Kamis 24 Muharam yang dahulu dia bersama beberapa orang kawan-kawannya pergi berdemo guna menunjukkan penolakan mereka terhadap rumah sakit orang nasrani itu. Sungguh senang hati ini mendengarnya, kami katakan kepada kakak kami: Kalau perkara demikian tak apalah Si Buyuang dibiarkan berdemo kak, sama dengan berjihadi itu..”

Kamipun telah mendengar perkara demikian, salah seorang kakak kami yang tinggal Padang telah jauh-jauh hari mengabari kami. Hendak ikut berdemo katanya, kami cukup khawatir mendengarnya. Namun setelah mendapat keterangan dari sumando kami, maka berkuranglah rasa cemas itu. Namun tetap saja rusuh tak hendak pergi dari hati yang lemah ini, berandai-andai kami dibuatnya “Seandainya ada orang yang menyusup ke dalam kelompok kakak kami itu, seandainya ada permainan intelejen, seandainya orang kafir itu tidak tinggal diam dan mengerahkan massa tandingan..” serta andai-andai yang lain.

Alhamdulillah segala prasangka buruk kami itu tidak terjadi, syukurlah hanya bisikan syetan saja.

Kecemasan  kami yang lain ialah kejadian Demo Akbar di Padang itu tidak dimuat oleh media. Karena yang ditentang ialah salah satu orang terkaya di republik ini, memiliki banyak kenalan di tingkat elit, serta memiliki jaringan yang luas dalam tubuh media. Maka kabar perihal demo akbar tersebut sangat susah sampainya kepada kami yang di kampung ini.

Kata Si Panjul anak jiran kami "Ada keluar Tuanku, di bahas orang di Fesbuk dan beberapa situs berita online.." Namun karena kami bukan termasuk peminat, maka kami tak tahu kalau di fesbuk dan situs berita online sudah dibahas oleh orang. Manalah ada kami orang kampung ini pergi ke warnet atau memiliki gadget yang dapat meakses internet setiap saat.

Berkisar Sempadan Hitam dengan Putih

Gambar: http://cetusanminda.wordpress.com/2010/02/14/Gambar: http://cetusanminda.wordpress.com/2010/02/14/
Semenjak beberapa pekan yang lalu Sumatera Barat dibuat rusuh oleh beberapa orang yang mengaku sebagai utusan rakyat pada salah satu bandar di propinsi ini. Mereka yang katanya wakil hasil dari pilihan rakyat hampir lima tahun yang lalu membuat rusuh. Apakah itu gerangan?

Yakni memberi izin kepada Misi Zendig Nasrani untuk masuk ke salah satu bandar utama di Sumatera Barat dengan dalih untuk memajukan kehidupan perekonomian di bandar tersebut. Entah apa yang ada difikiran orang-orang yang mengaku sebagai orang Minangkabau yang beragama Islam tersebut. Namun orang-orang laknat ini tidak sendiri, jauh-jauh hari telah banyak orang yang mengaku beretniskan Minangkabau dan beragamakan Islam mati-matian membela para “penjajah” ini “Demi memajukan bandar yang kita cintai ini..” rayu mereka.

Sutan Malenggang termasuk diantara orang-orang yang menyetujui kedatangan para “penjajah” ini. Dia bersama beberapa orang kawan-kawannya mati-matian membuat berbagai tulisan di surat kabar dan internet, mengadakan berbagai macam pertemuan, berkampanye melalui jejaring sosial, serta menjalin berbagai macam bentuk komunikasi dengan berbagai kalangan. Hanya untuk mewujudkan “kemajuan” untuk bandar yang sangat dicintainya ini.

Beberapa orang geleng-geleng kepala melihatnya “Masihkah ia shalat ke surau?” tanya orang

“Bagitulah kalau nikmat dunia sudah terasa, yang ada dikepalanya hanyalah uang..uang..dan uang. Tak ada cukup-cukup baginya, padahal harta telah melimpah serupa itu..” sergah yang lain

“Bagi orang-orang serupa itu, kemajuan itu ialah apabila banyak gedung bertingkat di bandar kita ini, lapang dan besar jalan rayanya, banyak mobil-mobil mewah, bertaburan berbagai macam rupa mall, banyak terdapat kafe, salon, pub yang beroperasi hingga jauh malam, serta banyak berselisih dengan kita para perempuan dengan pakaian sempit, bentuk tubuh yang sintal nan semok, dan wajah berbedak serta merah merona, tubuh yang disemprot parfum mahal, sepatu hak tinggi, stoking, dan lain sebagainya..” kata engku yang lain.

Kami hanya mendengarkannya saja lagi. Bandar ini memanglah belum sebesar dan seramai bandar-bandar lain seperti yang terdapat di propinsi jiran. Namun kehidupan liberal dan hedonis sudah sangat terasa di bandar ini. Jenis-jenis orang dan bentuk kehidupan serupa yang disebutkan salah seorang engku tersebut memang sudah terjadi di bandar ini.

Beberapa masa yang silam ketahuan oleh orang perihal “Penari Telanjang” yang beroperasi pada salah satu tempat hiburan malam di bandar ini. Entah bagaimana kelanjutan proses hukumnya. Telah senyap dan tak terdengar lagi kabar beritanya.

Pernah jua terdengar oleh kami perihal beberapa orang Lonte yang beroperasi di bandar ini. Tatkala diselidiki oleh orang-orang, rupanya bukan pula perempuan Minangkabau (syukurlah..). Menurut pengakuan mereka, mereka berasal dari pulau seberang. Tatkala ditanya “kenapa sampai beroperasi di bandar ini..?”

Dijawap oleh para Lonte ini “Karena di tempat kami sudah sangat susah mencari pelanggan engku..” artinya pasar perzinahan di propinsi ini sangat menjanjikan bagi para Lonte ini. Na’uzubillah..

Tampaknya Sutan Malenggeng dan kawan-kawan mengetahui perihal ini. Sebab beberapa kawasan di bandar ini memang sudah sangat terkenal sebagai pusat perlontean. Bahkan ada yang terang-terangan mengusulkan agar dibuat saja “Lokalisasi” serupa dengan bandar lain di propinsi lain. Kalaulah memang jadi juga dibuat tempat “Perlontean” serupa itu maka hendak diletakkan dimana muka kita orang Minangkabau yang selama ini membanggakan falsafah “Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah

Telah banyak orang yang mengingatkan kepada Sutan Malenggang “Orang yang engkau puja-puja itu ialah orang kafir yang selama ini giat menyebarkan agamanya dimana-mana di republik ini. Cobalah tengok di Palembang, dahulu katanya takkan pernah dibangun gereja di dalam kawasan rumah sakitnya. Namun akhirnya dibangun jua..”

Sutan Malenggang tak hendak mendengar dan menghiraukan. Baginya, ini semua demi kemajuan Sumatera Barat. Dengan Pongahnya Sutan Malenggang berujar “Tengoklah propinsi kita, tertinggal dari propinsi lainnya di Pulau Sumatera ini! Coba pula engku-engku inap-inapkan; kenapa listrik sering padam di propinsi kita? Padahal terdapat tiga buah pembangkit listrik di propinsi ini?! Coba pula hisab-hisab diri serta anak-kamanakan kita, telah berapa orang tenaga keja potensial Minangkabau yang pergi merantau dan tak pulang-pulang lagi. Padahal mereka semua ialah orang-orang cerdik dan pintar. Alangkah bagusnya jika orang-orang seperti mereka membangun kampung halaman, bukan kampung orang yang dibangunnya serupa keadaan sekarang ini..!” 

Friday, July 19, 2013

Pakaian Perempuan Minangkabau

Perempuan Koto Gadang
Gambar: Internet
Perempuan ialah lambang kehormatan bagi orang Minangkabau, mereka dimuliakan dan dituahkan dengan Rumah Gadang dan harta pusaka. Sedangkan lelaki hanya dituahkan dengan Gelar Pusaka. Namun banyak jua orang Minang yang tak begitu faham dengan adat serta orang luar yang memandang adat Minang ini dengan penuh prasangka dan cemburu. Mereka semua berpendapat berlainan..

Pakaian kemualiaan seorang perempuan Minangkabau ialah Baju Kurung. Pakaian ini sebenarnya tidak hanya dipakai oleh perempuan Minangkabau saja, akan tetapi seluruh perempuan di Alam Melayu menggunakannya. Saat ini, hanya orang-orang Melayu di Malaysia yang masih mempertahankan pakaian ini. Sehingga banyak orang Minangkabau yang tak faham apabila disebut perihal baju kurung maka mereka akan berseru “O baju yang serupa dipakaia oleh orang Malaysia itu..?”

Sungguh sangat kasihan sekali orang Minangkabau, telah lupa dengan jati diri, telah lupa dengan diri sendiri.

Wednesday, July 17, 2013

Pakaian Lelaki Minangkabau

Suasana di Lapau Nasi di Payokumbuah
Gambar: Internet
 Berbagai perubahan yang terjadi di negeri kita semenjak zaman dahulu telah menghilangkan beberapa ciri kedaerahan yang dahulukan menjadi ciri kepribadian kita. Budaya masing-masing daerah ialah berbeda-beda kekhasannya, mencakupi segala aspek dari bahasa, adat isitiadat, matapencaharian, cara berpakaian, pandangan hidup, dan lain sebagainya.

Beberapa saat yang lalu tatkala kami pulang kampung, kamipun bertanya ke pada datuk[1] kami perihal beberapa hal. Salah satunya ialah perihal pakaian sehari-hari orang dahulu. Hal ini karena kami sudah lama menyimpan pertanyaan perihal jenis pakaian yang dipakai oleh orang zaman dahulu. Ini semua karena melihat filem bisu yang berasal dari zaman Belanda. Dimana pakaian yang digunakan oleh orang-orang pada masa dahulu sangat lain sekali rasanya dengan pakaian orang sekarang.

Pakaian orang dahulu ialah baju Gunting Cina, kurang lebih potongannya serupa dengan Baju Koko sekarang. Namun bedanya ialah baju Guntiang Cina yang dipakai oleh orang dahulu tidak memiliki kerah dan tidak pula memiliki saku. Berlengankan panjang dan terbuat dari kain ganiah, kain ini memiliki warna putih dengan bahan dasar benang (kapas). Kain ini asli buatan orang Minangkabau. Baju ini tidak panjang dan tidak pula singkat (pendek). Melainkan hanya sampai pertengahan tangan saja.

Sedangkan celananya dinamai dengan nama Sarawa[2] Bapiliruk (bapiluruik). Terbuat dari bahan yang sama yakni kain ganiah dan juga tidak memiliki kantong. Celana ini memiliki semacam tali pada pinggangnya yang terbuat dari kain. Digunakan sebagai paarek,[3] sebab pada masa dahulu belum ada karet untuk mengencangkan celana yang lapang. Paarek atau pengencang celana inilah yang dinamakan oleh orang Minangkabau dengan piluruik.

Tuesday, July 16, 2013

Tidur Selepas Subuh

Jannal (Window)
Ada sesuatu yang menganjal di hati ini semenjak beberapa Ramadhan yang lalu yakni perihal perubahan jam kerja bagi kantor-kantor, sekolah, dan beberapa lembaga lainnya. Pada bulan puasa ini, demi menghormati orang-orang yang berpuasa jam masuk diundur dan jam pulang dipercepat. Pada awalnya kami sangat senang dan berterimakasih atas kebijakan ini.

Namun setelah beberapa lama kami merasa ada yang berjalan tidak sebagaimana mestinya. Adalah sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang bahwa sangat berat sekali bangun pagi. Pada hari biasa, untuk bangun Shalat Subuh saja sudah terasa berat. Pada Bulan Ramadhan, mereka terpaksa bangun untuk sahur dan selepas subuh mereka kembali tidur.

Kami yakin bahwa sebagian besar dari kita sudah mengetahui bahwa tidur selepas subuh atau bangun kesiangan sama sekali tidak dianjurkan, walau tidak dilarang dalam Islam. Tidak perlu rasanya kami terangkan pula disini dalil, maksud, dan tujuannya.

Monday, July 15, 2013

Penjajahan Bahasa

Salah satu gedung perkuliahan di Unand.
Gambar: Internet
 Beberapa bulan yang lalu kami berkunjung ke bekas kampus kami di Kota Padang tepatnya di Kampus Unand Limau Manis. Karena lapar, maka kami makan di salah satu barak[1] di dekat salah satu gedung perkuliahan yang pernah menjadi tempat kami belajar dahulunya.
Keadaan barak tentunya telah agak sedikit berbeda, walau sudah bertahun-tahun lamanya namun tidak banyak yang berubah kecuali harga makanan yang semakin mahal. Katika itu sedang masa libur semester genap sehingga mahasiswa sedikit. Bahkan di barak ini tidak kami temui seorang mahasiswapun.
Selepas makan maka kamipun pergi ke meja kasir untuk membayar makanan kami. Ketika hendak membayar, salah seorang pelayan perempuan di sana bertanya basa-basi kepada kami “Hendak membayar ya mas..?
Kami terdiam mendengarnya, sudah banyak kiranya yang berubah di kampus ini. Kampus dari universitas kebanggaan kami orang Minangkabau, bagian dari jati diri (identitas) kami, perlambang bagi kecerdasan intelektual kami orang Minangkabau. Telah berubah rupanya..
Dahulu mereka memanggil kami para mahasiswa dengan panggilan uda atau abang yang merupakan panggilan lazim bagi lelaki Minangkabau. Sama agaknya dengan panggilan mas di Jawa (dan juga beberapa kota di Pulau Jawa). Kami terhenyuk, sedih, marah, kesal, dan lain-lain perasaan bercampur baur. Tapi apa hendak dikata, tak patut rasanya kalau kami marah ketika itu.
Kami kembali terkenang akan sebuah tulisan yang pernah dimuat pada salah satu blog yang pernah kami baca dahulunya. Sebuah tulisan yang diangkat dari pengalaman pribadi si penulis, tulisan yang mencemooh (mengkritisi) salah satu kejadian pada salah satu bank di salah satu kota di Sumatera Barat.

Friday, July 12, 2013

Masuk Islam

Sebuah vidio yang menayangkan seorang mubalig yang berdakwah kepada seorang kafir (non-muslim) hingga dia mau menerima ajaran Islam. Terjadi di Inggris, direkam dengan baik. Apakah ini merupakan bagian dari salah satu acara di salah satu stasiun televisi di Inggris? Kami tak pula faham.

Bagus memang, namun yang menjadi pertanyaan sekarang ialah akankah Si Mu'allaf tersebut benar-benar mendapat pengajaran yang baik mengenai Islam. Atau proses masuk Islamnya merupakan sesuatu yang bersifat emosional atau euforia saja?

Semoga yang terbaik jugalah hendaknya yang berlaku.


Thursday, July 11, 2013

Nyanyian dalam Islam



Para Pemain Musik di Masa Keemasan Peradaban Islam
Ilustrasi Gambar: Internet
Baru-baru ini salah seorang kawan bertanya, “bagaimana gerangan pandangan nyanyian terutama nyanyian Islami dalam agama kita. Bukankah hal tersebut sama namanya dengan menyerupai orang-orang kafir?”

 Lebih lanjut dia bercerita kalau semasa kuliah dulu pernah dia bertanya kepada salah seorang kawannya yang Kristiani, “apa gerangan isi nyanyian di gereja?” Si kawan menjelaskan “yang kami nyanyikan ialah puji-pujian kepada Tuhan”.

Beralaskan jawaban dari kawannya tersebut, maka kawan ku yang satu ini beranggapan nyanyian Islami dianggap menyerupai umat Kristiani dalam beribadah. Berdasarkan jawaban dari kawannya tersebut maka dia sendiri yakin nyanyian dalam Islam merusak akidah, dia sendiri lebih menyukai musik-musik non Islami semacam pop, jazz, ataupun musik klasik.

Mungkin banyak diantara kita yang berpandangan demikian, alangkah baiknya jika kita menengok sejenak Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. Hampir setiap suku bangsa di dunia (termasuk kita di Ranah Melayu ini) memiliki tradisi sastra tertulis maupun lisan, sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada masa dahulu untuk mengubah sebuah sya’ir sebagai bentuk penghargaan tertinggi apakah itu kepada Tuhan, manusia yang dikagumi (seperti penguasa atau tokoh masyarakat), kekasih ataupun orang-orang yang dicintai, alam dan lingkungan tempat tinggal. Terkadang pula di sebagian masyarakat, para ahli sastra terutama penyair menduduki posisi terhormat dikalangan masyarakatnya.

Wednesday, July 10, 2013

Pandangan Masyarakat Awam


Ilustrasi Gambar: Internet
Beberapa masa yang lalu tatkala kami sedang memeriksa Dinding Fesbuk kami, maka tanpa sengaja terbaca oleh kami sebuah pernyataan (status) yang dibuat oleh seorang Dara nan Cantik Jelita. Begini kira-kira pernyataannya tersebut: dalam jilbab orang (perempuan) masa sekarang, tidak pula menjadi sebuah jaminan.

Maksud dari encik yang membuat pernyataan ialah bahwa Jilbab Dalam serupa yang dipakai oleh para akhwat tidak menjadi jaminan ketinggian akhlak pemakainya. Pernyataan yang demikian mendapat jawapan dari salah seorang engku, begini kira-kira jawapannya:

Jika encik berjilbab dan ada orang yang mempermasalahkan akhlak encik, maka encik katakanlah kepada mereka bahwa antara jilbab dan akhlak ialah dua perkara yang berbeda. Berjilbab ialah perintah dari Allah Ta’ala, wajib hukumnya bagi perempuan Islam yang telah baligh tanpa memandang akhlaknya seperti apa. Baikkah akhlaknya atau berakhlak burukkah ia.

Sedangkan akhlak, watak, tabi’at, dan tingkah-laku ialah bergantung kepada diri masing-masing. Sebab masing-masing manusia itu berbeda didikan dan kendali dalam dirinya. Apabila seorang perempuan berjilbab melakukan suatu perbuatan tercela atau bahkan sampai menjurus kepada perbuatan dosa. Maka itu bukanlah karena jilbabnya melainkan karena dirinya (pribadinya). Dirinya belum tahu yang halal dan haram, ataupun sudah tahu namun telah berbuat khilaf. 

Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia, namun yang berakhlak mulia sudah pastilah berjilab.

Tuesday, July 9, 2013

Nagari bagi Minangkabau

Ilustrasi Gambar: Internet
Ilustrasi Gambar: Internet
Minangkabau dikenal dikarenakan keunikan adat dan budayanya. Sistim matrilineal telah begitu melekat dan menjadi identitas yang menyatu bagi masyarakat Minangkabau. Minangkabau juga dikenal karena beberapa orang founding father[1] Negara Indonesia berasal dari daerah ini. Selain itu makanan khas rendang merupakan jenis masakan asli daerah Minangkabau. Masakan ini telah menjadi menu masakan nusantara, bahkan berdasarkan penelitian sebuah lembaga research kelas dunia, masakan rendang merupakan salah satu jenis masakan favorit di dunia.
Namaun apakah gerangan yang menjadi fondasi dasar bagi daerah ini untuk tetap berdiri, dalam menunjukkan kekhasan dirinya? Ditengah kencangnya arus modernitas, dan dibawah ideologi penyeragaman yang dilakukan oleh pusat terhadap daerah yang dipropagandakan secara halus melalui media massa. Akan sangat sulitlah bagi daerah-daerah untuk tetap berdiri sesuai dengan jati dirinya. ”Semuanya harus disesuaikan dengan kemajuan zaman, kita tidak boleh menolak perubahan karena perubahan merupakan sesuatu yang pasti. Belum ada yang berhasil menentang perubahan” begitulah kira-kira tanggapan dari sebagain Minangkabau saat ini.
Sesungguhnya yang menjadi landasan utama bagi Minangkabau untuk tetap berdiri ialah Agama (Islam) dan Adat. Kedua hal inilah yang menjadi pilar utama yang menopang kehidupan masyarakat Minangkabau. Tanpa keduanya, atau hanya salah satu saja maka Kebudayaan Minangkabau akan runtuh. Pada masa sekarang ini, kedua pilar penting inilah yang digugat, digugat oleh anak kandungnya sendiri. “Tidak sesuai dengan perkembangan zaman” Kata Tuan-tuan para intelektual.
Marilah kita perbincangkan disini perkara adat. Selain Adat Matrilineal yang menjadi fondasi utama dalam kelangsungan kehidupan masyarakat Minangkabau, terdapat satu institusi yang mewadahi kepentingan masyarakat Minangkabau. Namanya ialah “NAGARI”, maknanya ialah daerah, kawasan, ataupun negeri. Yang dimaksud dengan Nagari ialah suatu kawasan yang ditinggali oleh suatu masyarakat yang memiliki nenek moyang yang sama, sejarah kedatangan yang sama, dan ragam corak adat yang sama. Diperintahi oleh beberapa penghulu yang duduk di Balairung atau Balai Adat. Dalam menjalani pemerintahan di Nagari setiap penghulu melakukannya dengan cara musyawarah-mufakat.[2]
Ilustrasi Gambar: Internet
Ilustrasi Gambar: Internet
Nagari juga harus terdiri atas beberapa suku, paling sedikit ialah empat, kemudian harus memiliki masjid jamiak tempat menyelenggarakan shalat dan ibadah lainnya. Harus ada juga balai tempat para penghulu berunding dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang ada dalam nagari. Labuah atau jalanpun harus pula ada, karena ini merupakan sarana penghubung silaturahim antara anak nagari. Syarat terakhir ialah tapian, yang dimaksud dengan tapian ialah tempat mandi. Orang dahulu tidak memiliki kamar mandi di rumahnya, dan tidak pula semua rumah memiliki sumur. Maka bagi yang tidak cukup keadaan rumahnya serupa itu, maka mereka biasanya akan pergi ke batang aia (sungai) untuk mandi, mencuci, dan keperluan lainnya. Kalaupun sungai jauh, maka mereka akan mencari kolam atau tabek yang jernih serta bersih airnya, atau menumpang ke sumur-sumur milik orang kampung yang terkenal banyak airnya.
Wilayah yang mereka perintahi merupakan wilayah merdeka yang hanya mengakui kedaulatan Rajo Alam di Pagaruyuang.  Raja sendiri tidak memiliki hak untuk mencampuri kehidupan nagari, hanya saja dirinya akan turun tangan apabila terdapat perkara yang tidak didapat penyelesaiannya oleh para penghulu di nagari tersebut.

Friday, March 29, 2013

yasinan..?


Salah seorang kawan kami mengirimkan sebuah email. Dia mengisahkan perihal Khutbah Jum'at yang disimaknya. Sungguh bingik (iri) kami membacanya. Alangkah beruntungnya ia, sebab kami sudah lama pula menanti-nanti hal yang serupa. Silahkan engku dan encik sekalian simak.
Gambar Ilustrasi: Internet
Gambar Ilustrasi: Internet
Sangat jarang sekali kami menemukan seorang ustadz yang memberikan Khutbah Jum’at yang berisi. Sebab yang biasa berlaku tatkala Khutbah Jum’at berlangsung ialah para jama’ah tertidur ataupun termenung. Jum’at beberapa hari yang lalu ialah salah satu dari beberapa Jum’at berarti yang kami lalui. Beruntung sekali kami mendapat seorang pengkhutbah yang benar-benar memberikan tambahan ilmu bagi kami dan para jama’ah lainnya. Tidak hanya kami yang berpendapat demikian, akan tetapi beberapa orang kawan juga berpendapat demikian.

Isi khutbah ialah perihal yasinan, sebuah kebiasaan yang berlaku di kebanyakan negeri di republik ini. Kami sendiri merasa aneh dengan yasinan ini karena apabila ada orang yang meninggal di kampung maka pada malamnya para jama’ah di surau akan beramai-ramai datang menjenguk untuk membaca Surah Yasin. Kami merasa ada yang aneh, ada yang salah dengan hal ini.

Maka ustadz yang berkhotbah pada Jum’at inipun memberikan penjelasan mengenai keadaan yang berlaku dalam masyarakat kita. Dimana yasinan seperti yang selama ini difahami oleh orang-orang ialah keliru, telah khilaf mereka. Hanya dengan membaca Surah Yasin secara bersama-sama dengan tanpa memperhatikan makhraj hurufnya serta tidak memahami arti dan maknya ialah sia-sia belaka. Telah banyak cemoohan yang kami dengar dari orang-orang munafik dan fasik “Untuk apa dibaca Al Qur’an itu?! Dibaca pula dengan berirama?! Padahal kita sendiri tidak memahami arti dan mendalami maknanya. Dan perilaku pembacanyapun tidak sesuai dengan ajaran Al Qur’an yang dibacanya..!”

Begitulah kira-kira, memang benar pendapat demikian, terlepas dari mulut siapa pernyataan tersebut keluar. Bukankah Saydina Ali pernah berpendapat “Jangan lihat siapa yang memberikan pendapat, tapi lihatlah pendapat tersebut. Apabila ada kebenaran di dalamnya, maka ikutilah..”

Ustadz ini membagikan kepada kami sebuah kisah perihal seorang ulama yang berdakwah sambil menjadi guru pada salah satu sekolah Muhammadiyah di Palembang. Saat itu banyak sekali kabar-kabar dusta yang beredar perihal Muhammadiyah di masyarakat. Sehingga banyak yang benci dan menjauhi orang-orang Muhammadiyah.

Nama ustadz tersebut ialah AR.Fachruddin, mengajar di sebuah daerah yang bernama Ulak Paceh.[1] Jarak antara rumah dan sekolah tempat dia mengajar ialah tidak berdekatan. Apabila hendak pergi mengajar maka beliau lebih memilih untuk berjalan kaki. Dalam setiap perjalanan menuju sekolah, beliau selalu lalu di hadapan sebuah rumah kepunyaan seorang ulama besar di kampung tersebut, beliau biasa disebut dengan panggilan “Engku Guru”.

Setiap kali lalu di hadapan rumah Engku Guru dan apabila bersua dengan Engku Guru tersebut, AR Fachruddin selalu menyapa beliau dengan salam. Namun anehnya, salam beliau terkadang tak dijawab, kalaupun dijawab yang terdengar hanyalah sepata-sepatah, seperti “Kum..” atau “Lam..”. Namun ustadz mudah ini rupanya sangat lapang hatinya, berlainan dengan kami. Walau tak diacuhkan, beliau selalu menyapa sang Engku Guru.

Lama-lama akhirnya hati Engku Gurupun luluh jua, pada suatu ketika salam dari ustadz muda ini dijawab dengan sempurna. Alangkah girangnya hati si ustadz muda, karena kesenangan hati maka didatanginyah Engku Guru ini sambil menjabat tangan beliau. Merekapun akhirnya bercakap-cakap panjang lebar dan akhirnya pertanyaan Engku Guru yang selama ini telah ditahannya akhirnya keluar juga “Apa Guru Muda ini orang Muhammadiyah..?”

“Benar engku, saya ini orang Muhammadiyah, dahulu saya ini belajar di Darul Ulum Muhammadiyah Jogja” jawab AR Fachruddin.

Engku Guru inipun terpana, tak menyangka dia kalau pertanyaannya akan dijawab dengan jujur dan ringan oleh si ustadz muda. Maka karena masih belum percaya ditanyalah kembali dengan lebih tegas “Jadi guru muda ini benar-benar orang Muhammadiyah..?”

Sunday, February 17, 2013

Persengketaan yang Tak Hendak Surut



Pertemuan di Sungai Dareh

Bulan Februari merupakan bulan penuh gejolak, setidaknya itulah yang terekam dalam Sejarah Negeri Minangkabau. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang di Minangkabau atau setidaknya Sumatera Barat. Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau biasa disingkat dengan PRRI merupakan puncak dari segala ketidak puasan, kecemasan, dan kejengkelan terhadap Pemerintahan Jakarta pada masa tahun 1958.


Awal mulanya hanyalah bentuk ketidak puasan dari beberapa perwira militer di Sumatera Tengah atas perlakuan yang mereka dapat dari pemerintah pusat. Jerih payah mereka dalam berjuang dan mempertahankan negara ini sangat tidak dihargai. Setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949 oleh Belanda, Komando Divisi IX Banteng di Sumatera Tengah diacak-acak oleh pusat. Beberapa pasukannya dikirim keluar Sumatera Tengah, dikirim ke berbagai daerah konflik. Namun setelah penugasan tersebut, para prajurit dari Divisi IX Banteng tidak dikembalikan ke induk pasukannya di Sumatera Tengah, melainkan dipindahkan ke Divisi lainnya. Seperti Batalyon Pagaruyung yang digabungkan ke dalam Divisi Siliwangi.

Makin lama Divisi IX Banteng semakin menciut sehingga tinggal satu brigade yang bernama sama dengan nama divisinya yakni Brigade Banteng pimpinan Ahmad Hussein. Pada bulan April 1952 brigade inipun diciutkan pula menjadi satu resimen di bawah komando Tentara Teritorium I Bukit Barisan (TT I BB) yang dipimpin oleh Kolonel Maluddin Simbolon.

Kebijakan pusat tersebut menimbulkan kekecewaan, ditambah dengan keadaan prajurit bekas Divisi IX Banteng yang menyedihkan. Hidup mereka memprihatinkan, keadaan kesehatan keluarga mereka sangatlah buruk, bahkan ada yang sampai meninggal.

Gagasan pertama untuk membentuk Dewan Banteng muncul pada pertemuan para perwira aktif maupun pensiunan bekas Divisi IX Banteng di Jakarta pada tanggal 21 September 1956. Kemudian reuni ini dilanjutkan di Padang pada tanggal 20-24 November 1956. Reuni ini dihadiri oleh 612 orang perwira aktif maupun pensiunan. Pada tanggal 20 Desember 1956 Dewan Banteng dibentuk dengan susunan kepengurusan ialah:
  1. Ketua: Kol. Ahmad Hussein
  2. Sekjen: Jendral Mayor (Purn) Suleman yang menjabat sebagai Kepala Biro  Rekonstruksi Nasional Sumteng.
  3. Anggota:
1)    Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa (Kepala Polisi Sumteng)
2)    Sutan Suis (Kepala Polisi Kota Padang)
3)    Mayor Anwar Umar (Komandan Batalion 142 Resimen 4)
4)    Kapten Nurmatias (Komandan Batalyon 140, Resimen Infantri 4)
5)    Darwis Taram Dt. Tumangguang (Bupati 50 Kota)
6)    Ali Luis (Bupati d/p Kantor Gubernur Sumatera Tengah)
7)    Syech Ibrahim Musa Parabek (Ulama)
8)    Datuak Simarajo (MTKAAM)
9)    Kolonel (Purn) Ismael Lengah
10) Letkol (Purn) Hasan Basri (Riau)
11) Letnan Sebastian (Perwira Distrik Militer 20 Indragiri, Riau)
12) A. Abdul Manaf (Bupati Kab. Merangin, Jambi)
13) Kapten Yusuf Nur (Akademi Militer Jakarta)
14) Mayor Suib (Wakil Asisten II Staf Umum Angkatan Darat di Jakarta)

Saturday, February 16, 2013

Open you'r mind..



Ilustrasi Gambar: Internet
Valentine, sungguh suatu kata yang sangat romantis sekali bagi sebagian dari kita. Cinta kawan, cinta.. sungguh suatu kesempatan (moment) yang sangat baik sekali bagi sepasang kekasih untuk mengungkapkan betapa besar rasa sayang mereka kepada pasangannya. Menurut adat kebiasaan yang berlaku bagi penganutnya, Valentine dilambangkan dengan “coklat”. Coklat merupakan hadiah spesial sebagai pernyataan betapa besar cinta dan kasih di antara mereka berdua.

Namun rupanya hadiah coklat tidak hanya diberikan oleh sang kekasih kepada tambatan hatinya. Melainkan juga dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sebagai pertanda betapa besar cinta dan kasih mereka kepada sang buah hati. Entah di Indonesia saja atau memang di negeri asalnya memang lazim orangtua memberikan hadiah coklat kepada anak-anaknya. Entahlah kawan, kami tak begitu faham, maklumlah orang udik.

Valentine atau Hari Kasih Sayang dirayakan setiap tanggal 14 Februari menurut penanggalan masehi. Kisahnya cukup panjang, namun intinya ialah perjuangan untuk menyatukan dua insan yang sedang dimabuk cinta. Dimana salah seorang Paderi (pendeta) dimasa Kekaisaran Romawi harus menanggung hukuman mati sebagai akibat kebijakannya yang menentang penguasa. Sungguh kisah yang sangat sedih, terpuji, dan menyentuh hati bagi sepasang bujang dan gadis yang sedang dilanda cinta. Hati muda mereka akan tersentuh, jiwa muda mereka yang masih labil akan merana mendengar kisah serupa ini.

Perayaan Hari Kasih Sayang ini telah menyebar ke berbagai pelosok bumi ini. Berawal dari negeri asalnya di daratan Eropa, perayaan ini menyebar dengan cepat seiring dengan semakin kokoh dan kuatnya hegemoni Bangsa Barat atas Bangsa Timur. Orang Timur yang bermental lemah, tidak memiliki kepercayaan diri, dan telah menjadi orang kalah menerima mentah-mentah kebiasaan ini. Tanpa melalui usul-periksa terlebih dahulu.

Sunday, February 10, 2013

Dibodohi..

Gambar Ilustrasi: Internet

Entah apa yang terjadi dengan republik ini, kalau pada beberapa waktu yang lalu seorang vokalis sebuah grup band kembali dielu-elukan padahal dia baru saja menyelesaikan masa hukuman atas perbuatan amoralnya. Maka pada saat sekarang, seorang artis yang tertangkap sebagai pemakai narkoba justeru mendapat banyak simpati.
Sungguh kami sangat terkejut dan heran mendengarnya. Apakah kedua kasus ini hanyalah permainan media saja dalam menjaga imej seorang artis. Dengan tujuan supaya selepas dia menyelesaikan masa hukuman maka pamor dirinya akan dapat kembali diangkat. Dan ujungnya tentu saja arus uang yang mengalir ke kantong-kantong para konspirator.
Anehnya masyarakat kita tampaknya sudah mulai terpengaruh. Bukannya cerdas dalam membaca, mendengar, dan menyimak berita karena telah lama berada dalam alam kebebasan. Keadaannya ialah masyarakat kita semakin mudah untuk ditipu, dibodohi, dan dibohongi.

Tongkat Membawa Rebah

From West Sumatera to
Miss Indonesia
Foto: Internet
Entahkan senang atau sedih hati ini tatkala mendapat kabar perihal terpilihnya salah seorang “Gadis Minang” menjadi “Perempuan Tercantik” di Republik ini. Kita semuanya tentu telah faham kemana semuanya ini akan bermuara. Ya tuan.. ianya “Miss Universe” atau “Perempuan Tercantik Sedunia”. Dan kami yakin bahwa kita semua tentulah telah faham apa yang harus dilakukan seorang perempuan untuk mendapat pengakuan sebagai “Perempuan Tercantik Sedunia”.

Ya.. tuan, harus bersedia “Bertelanjang” dihadapan orang lain. Memperlihatkan aurat.. na’uzubillah.

Banyak tanggapan yang berdatangan dari orang Minangkabau perihal perkara ini. Salah satunya ialah orang tua kita, Inyiak Muchtar Naim, seorang budayawan, akademisi, dan orang tua yang dalam pandangan kami ialah seorang bijak. Beliau telah menulis sebuah surat yang disampaikan melalui milisnya orang Minang yakni RantauNet. Banyak yang mendukung dan menyokong pendapat beliau ini.

Semoga saja, orang kampung kita yang tengah menjadi “Perempuan Paling Cantik di Republik” ini membacanya. Semoga saja Allah membukakan hatinya kepada kebenaran. Semoga saja Hidayah Allah ta’ala disampaikan jua kepadanya hendaknya.

Thursday, January 24, 2013

Cuti Bersama?


Gambar Ilustrasi: Internet
“Alhamdulillah, pekan ini ada cuti bersama..” seru salah seorang kawan kami kesenangan.
Kamipun tersenyum senang, siapakah yang takkan senang jika dapat cuti bersama lagi? Namun kawan kami yang lain mengernyitkan keningnya. Kamipun heran “Masih ada juga rupanya orang yang tak senang jika dapat jatah libur..” seru kami dalam hati.
Kemudian dengan muka masam kawan kami itupun berujar “Mana ada cuti bersama, hari Jum’at pegawai tetap wajib masuk. Tak masuk dapat hukum dari negara..!”
Kamipun terdiam dibuatnya. Mana boleh tak ada cuti bersama? Bukankah harinya terjepit? Bukankah pada hari Kamis tanggal 24 Januari esok merupakan peringatan Maulid Nabi Muhammad?
Akhirnya kawan kami yang tadinya telah senang hatinya karena menyangka Jum’at tanggal 25 Januari ini diliburkan oleh pemerintahpun bertanya dengan kesal “Hah.. kenapa pula? Bukankah pada hari Natal dan Tahun Baru yang dahulu dimana hari peringatannya juga menyebabkan terjepitnya hari Senin. Sehingga kemudian dijadikan cuti bersama. Sedangkan pada perayaan Maulid tidak? Kenapa engku?”
Gambar Ilustrasi:
http://komunitassain.blogspot.com/2012/03/sejarah-gerakan-yahudi-di-indonesia.html
Kawan kami yang sejak dari tadi telah bermuka masampun menjawab “Itulah yang membuat saya heran dan sedih. Ada apa dengan orang-orang yang mengendalikan negara ini? mereka fikir kita ini bodoh?!”
Kemudian diapun beralih menengok ke arah kami berdua, pandangan sedih, kesal, bercampur dengan marah. Mukanya masam, matanya memerah, hidungnya kembang kempis, ah.. tak usahlah terlalu teliti kami gambarkan. Tak elok dipandanglah pokoknya tuan.
Kemudian diapun berujar kepada kami “Katanya negara ini merupakan negara dengan umat Islam terbanyak di dunia? Katanya negara ini menghormati dan menghargai sesama? Katanya negara ini negara Pancasila?”

Saturday, January 19, 2013

Banjir & Bulan Madu Gubernur-Media



Genangan air di Bundaran Hotel Indonesia
(Salah Satu Icon Jakarta)
Ilustrasi Gambar: Internet
Banjir Jakarta, merupakan topik terhangat yang saat ini yang menjadi bahan perbincangan orang-orang. Ada apa dengan Jakarta? Masalah yang sama selalu terulang setiap tahun, terkadang hanya berlangsung singkat dan tidak begitu parah. Namun adakalanya berlangsung lama dan berlangsung cukup parah.
Seperti yang tengah terjadi saat ini, air menggenangi hampir sebagian besar Kota Jakarta. Biasanya hanya menyerang pemukiman pinggiran, orang-orang miskin dan kalangan kelas bawah lainnya. Namun tampaknya untuk kali ini Allah berlaku adil, semua mendapat jatah merata. Tidak hanya pemukiman kelas atas, melainkan juga pusat perkantoran elit, kantor pemerintahan, hingga ke jalan-jalan utama di Jakarta. Semuanya dibagia rata secara adil. Memang Allah itu Maha Adil.
Menarik menyimak penuturan Gubernur Jakarta beberapa hari yang lalu (kalau tak salah hari Rabu tanggal 16 Januari 2013) disaat beliau mengunjungi dan membagikan bantuan kepada para pengungsi korban banjir Jakarta. Menurut sang gubernur, banjir kali ini tidak separah tahun 2007. Memang banjir 2007 sampai saat itu tercatat sebagai banjir terparah yang diterima Jakarta. Hampir seluruh Jakarta digenangi air. Genangan air saat itu bahkan ada yang mencapai 4-6 m.
Namun apa daya berselang sehari selepas itu, Jakarta diguyur oleh hujan deras. Akibatnya debit air menjadi naik. Benarkah banjir kali ini tidak separah banjir yang terjadi pada tahun 2007? Atau bahkan lebih parah?